Tradisi Palang Pintu Tak Lekang Dimakan Jaman
Budaya Palang Pintu pada upacara pernikahan keluarga Timan, Kp. Bali - Cakung |
Jakarta, Laras Post - Gonggo bukan kelabang. Kelabang jatuh di peti. Jangan sok jago - Abang. Maju selangkah aye bikin mati. Gue anak kwitang. Di langit bulan dan bintang. Abang jangan sok nantang. Nanti aye masukin ke kurung batang."
Sepenggal kalimat berbalas pantun di atas bukan tengah terjadi perkelahian atau perseteruan di antara kedua orang. Melainkan keterlibatan aksi saling berbalas pantun sebagai tanda pembukaan dalam sebuah acara. Interaksi yang disertai dengan atraksi pencak silat ini lazim dikenal sebagai seni palang pintu.
Acara Palang Pintu tersebut biasanya digelar pada saat besanan dalam hajatan pernihakan. Dimana rombongan besan mempelai pria akan memasuki rumah mempelai wanita disitulah acara palang pintu disajikan.
Acara berbalas pantun dengan suguhan bela diri pencak silat ini tidak hanya acara besanan, seni budaya asal betawi ini digunakan di berbagai acara adat betawi.
Keluarga Timan beserta istri nikahkan putrinya pada pria asli betawi |
"Palang pintu jadi tradisi betawi tempo dulu setiap ada acara pernikahan dan menyambut tamu-tamu," ungkap Rohmat, pada saat menghadiri acara walimatul arash di Kp. Bali, Ujung Menteng, Cakung, Jakarta Timur, Sabtu Pagi (23/5/15).
Sebelum digelar upacara pernikahan Mar dan itu disuguhkan acara betawi Palang Pintu dengan menampilkan lima pemain beladiri handal diringi gendang pencak betawi menambah meriah tontonan budaya itu.
Menariknya adalah, atraksi pencat silat yg diperagakan umumnya menggunakan senjata tajam sejenis golok. Si jagoan atau pengawal tamu atau mempelai pria harus memenangi pertarungan tersebut. Budaya yang satu ini cenderung jenaka karena isi pantun dan aksi-aksi para pesilatnya. (sugih)
No comments