Jokowi Desak Lakukan Reformasi PBB Untuk Keadilan Dunia
Presiden Jokowi mempersilahkan para Kepala Negara Asia Afrika menyampaikan sambutan |
Jakarta, Laras Post � Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendesak untuk dilakukan reformasi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) sehingga PBB dapat berfungsi sebagai organisasi dunia yang mendorong keadilan bagi sesemua bangsa.
�Di saat sekelompok negara kaya mengatakan bisa mengubah dunia dengan niatnya sendiri, maka ketidak-seimbangan global telah menghancurkan kita semua. Sementara makin kuat terlihat bahwa PBB tidak bisa melakukan apa-apa,� ujar Jokowi, saat berpidato pada pembukaan Konferensi Asia Afrika tahun 2015, Rabu (22/4/2015) di JCC Senayan Jakarta.
Jokowi menyatakan, aksi-aksi kekerasan tanpa mandat PBB telah memperlihatkan bahwa mengabaikan keberadaan organisasi internasional itu. �Untuk itu kita sebagai negara Asia Afrika, mendesak dilakukannya reformasi PBB agar berfungsi sebagai organisasi dunia yang mendorong keadilan bagi sesemua bangsa,� tegasnya.
Dalam pidato dihadapan para pemimpin negara negara Asia Afrika dan para petinggi serta mantan petinggi Indonesia itu, Jokowi mengingatkan, 60 tahun lalu Bapak bangsa Indonesia Presiden Soekarno mencetuskan gagasan KAA demi membangkitkan kesadaran bangsa-bangsa Asia Afrika untuk mendapatkan hak hidup yang menentang ketidakadilan, menentang imperialisme.
�Enam Puluh tahun lalu solidaritas kita perjuangkan untuk memberi keadilan bagi rakyat kita itulah semangat gelora KAA 1955. Itulah esensi dari semangat Dasa Sila Bandung,� tegas Jokowi.
Kini 60 tahun kemudian, kata Jokowi, negara negara Asia Afrika bertemu kembali di negeri ini di Indonesia dengan suasana berbeda, bangsa-bangsa telah merdeka namun perjuangan belum selesai. �Dunia yang kita warisi ini masih sarat dengan ketidakadilan dan kesenjangan. Cita-cita bersama mengenai tatanan dunia baru yang berdasarkan keadilan, kesetaraan masih jauh,� ujarnya.
Menurut presiden Jokowi, ketidakseimbangan global masih terpampang. Ketika negara kaya yang hanya sekitar 20 persen penduduk dunia, mengkonsumsi sekitar 70 persen sumber daya dunia, maka ketidakseimbangan global tidak dapat dihindari.
Ketika banyak orang di belahan dunia sebelah utara (negara maju) menikmati hidup mewah, sementara 1,2 miliar negara di wilayah selatan (negara berkembang) hidup dalam kemiskinan dengan penghasilan kurang dari 2 dolar per hari, maka ketidakadilan global menjadi jelas.
�Bagi saya ketidakseimbangan global semakin menyesakkan dada. Kita dan dunia masih berutang kepada rakyat Palestina. Dunia tidak berdaya menyaksikan penderitaan rakyat Palestina. Kita tidak boleh berpaling dari penderitan rakyat Palestina. Kita harus mendukung sebuah negara Palestina yang merdeka,� tutur Jokowi.
Butuh Pimpinan Global
Lebih lanjut Jokowi mengatakan, ketidakadilan global juga tampak jelas ketika seklompok negara menolak perubahan realitas yang ada. Pandangan yang mengatakan bahwa persoalan ekonomi dunia hanya dapat diselesaikan oleh Bank Dunia, IMF, dan ADB adalah pandangan yang usang dan perlu dibuang.
�Saya berpendirian pengelolaan ekonomi dunia tidak bisa diserahkan pada tiga lembaga keuangan itu. Kita mendesak reformasi arsitektur keuangan global,� ungkapnya.
Menurut Jokowi, saat ini butuh pimpinan global yang kolektif dan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi baru yang bangkit sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di muka bumi dan Indonesia sebagai negara demokrasi ketiga di dunia, siap memainkan peran global. Indonesia siap bekerjasama dengan berbagai pihak mewujudkan cita-cita itu.
�Hari ini dan hari esok kita hadir di Jakarta menjawab ketidakadilan dan ketidakseimbangan itu. Hari ini dan hari esok dunia menanti langkah-langkah kita berdiri sejajar sama tinggi dengan bangsa-bangsa lain di dunia, kita bisa melakukan itu semua dengan membumikan semangat Bandung dengan mengacu pada tiga cita-cita,� tuturnya.
Ia menjelaskan, semangat Bandung itu, pertama tentang kesejahteraan. �Kita harus mempererat kerjasama menghapuskan kemiskinan, mengembangankan kesehatan dan memperluas lapangan kerja,� ujarnya.
Kedua tentang solidaritas antar negara negara Asia Afrika. �Kita harus tumbuh dan maju bersama dengan membangun kerjasama ekonomi, membantu menghubungkan konektivitas,� tegasnya.
Ketiga, stabilitas internal dan eksternal kepada hak-hak asasi manusia. �Kita harus bertanya apa yang salah dengan kita. Kita harus bekerjasa sama atasi ancaman kekerasan, pertikaian dan radikalisme seperti ISIS. Kita harus nyatakan perang terhadap narkoba yang menghancurkan masa depan anak-anak kita. OKI dan Indonesia memprakarsai pertemuan informal organisasi kerjasama Islam. Kita juga harus bekerja keras menciptakan,� tuturnya.
Presiden Jokowi juga menyatakan, menuntut sengketa antarnegara agar tidak diselesaikan dengan penggunaan kekuatan. �Untuk itu kita rumuskan cara penyelesaiannya dalam sidang KAA ini. Melalui forum ini saya ingin sampaikan keyakinan saya bahwa masa depan dunia ada di sekitar equator, di tangan kita bangsa Asia Afrika yang ada di dua benua,� pungkasnya. (her/ram/sg)
�Di saat sekelompok negara kaya mengatakan bisa mengubah dunia dengan niatnya sendiri, maka ketidak-seimbangan global telah menghancurkan kita semua. Sementara makin kuat terlihat bahwa PBB tidak bisa melakukan apa-apa,� ujar Jokowi, saat berpidato pada pembukaan Konferensi Asia Afrika tahun 2015, Rabu (22/4/2015) di JCC Senayan Jakarta.
Jokowi menyatakan, aksi-aksi kekerasan tanpa mandat PBB telah memperlihatkan bahwa mengabaikan keberadaan organisasi internasional itu. �Untuk itu kita sebagai negara Asia Afrika, mendesak dilakukannya reformasi PBB agar berfungsi sebagai organisasi dunia yang mendorong keadilan bagi sesemua bangsa,� tegasnya.
Dalam pidato dihadapan para pemimpin negara negara Asia Afrika dan para petinggi serta mantan petinggi Indonesia itu, Jokowi mengingatkan, 60 tahun lalu Bapak bangsa Indonesia Presiden Soekarno mencetuskan gagasan KAA demi membangkitkan kesadaran bangsa-bangsa Asia Afrika untuk mendapatkan hak hidup yang menentang ketidakadilan, menentang imperialisme.
�Enam Puluh tahun lalu solidaritas kita perjuangkan untuk memberi keadilan bagi rakyat kita itulah semangat gelora KAA 1955. Itulah esensi dari semangat Dasa Sila Bandung,� tegas Jokowi.
Kini 60 tahun kemudian, kata Jokowi, negara negara Asia Afrika bertemu kembali di negeri ini di Indonesia dengan suasana berbeda, bangsa-bangsa telah merdeka namun perjuangan belum selesai. �Dunia yang kita warisi ini masih sarat dengan ketidakadilan dan kesenjangan. Cita-cita bersama mengenai tatanan dunia baru yang berdasarkan keadilan, kesetaraan masih jauh,� ujarnya.
Menurut presiden Jokowi, ketidakseimbangan global masih terpampang. Ketika negara kaya yang hanya sekitar 20 persen penduduk dunia, mengkonsumsi sekitar 70 persen sumber daya dunia, maka ketidakseimbangan global tidak dapat dihindari.
Ketika banyak orang di belahan dunia sebelah utara (negara maju) menikmati hidup mewah, sementara 1,2 miliar negara di wilayah selatan (negara berkembang) hidup dalam kemiskinan dengan penghasilan kurang dari 2 dolar per hari, maka ketidakadilan global menjadi jelas.
�Bagi saya ketidakseimbangan global semakin menyesakkan dada. Kita dan dunia masih berutang kepada rakyat Palestina. Dunia tidak berdaya menyaksikan penderitaan rakyat Palestina. Kita tidak boleh berpaling dari penderitan rakyat Palestina. Kita harus mendukung sebuah negara Palestina yang merdeka,� tutur Jokowi.
Butuh Pimpinan Global
Lebih lanjut Jokowi mengatakan, ketidakadilan global juga tampak jelas ketika seklompok negara menolak perubahan realitas yang ada. Pandangan yang mengatakan bahwa persoalan ekonomi dunia hanya dapat diselesaikan oleh Bank Dunia, IMF, dan ADB adalah pandangan yang usang dan perlu dibuang.
�Saya berpendirian pengelolaan ekonomi dunia tidak bisa diserahkan pada tiga lembaga keuangan itu. Kita mendesak reformasi arsitektur keuangan global,� ungkapnya.
Menurut Jokowi, saat ini butuh pimpinan global yang kolektif dan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi baru yang bangkit sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di muka bumi dan Indonesia sebagai negara demokrasi ketiga di dunia, siap memainkan peran global. Indonesia siap bekerjasama dengan berbagai pihak mewujudkan cita-cita itu.
�Hari ini dan hari esok kita hadir di Jakarta menjawab ketidakadilan dan ketidakseimbangan itu. Hari ini dan hari esok dunia menanti langkah-langkah kita berdiri sejajar sama tinggi dengan bangsa-bangsa lain di dunia, kita bisa melakukan itu semua dengan membumikan semangat Bandung dengan mengacu pada tiga cita-cita,� tuturnya.
Ia menjelaskan, semangat Bandung itu, pertama tentang kesejahteraan. �Kita harus mempererat kerjasama menghapuskan kemiskinan, mengembangankan kesehatan dan memperluas lapangan kerja,� ujarnya.
Kedua tentang solidaritas antar negara negara Asia Afrika. �Kita harus tumbuh dan maju bersama dengan membangun kerjasama ekonomi, membantu menghubungkan konektivitas,� tegasnya.
Ketiga, stabilitas internal dan eksternal kepada hak-hak asasi manusia. �Kita harus bertanya apa yang salah dengan kita. Kita harus bekerjasa sama atasi ancaman kekerasan, pertikaian dan radikalisme seperti ISIS. Kita harus nyatakan perang terhadap narkoba yang menghancurkan masa depan anak-anak kita. OKI dan Indonesia memprakarsai pertemuan informal organisasi kerjasama Islam. Kita juga harus bekerja keras menciptakan,� tuturnya.
Presiden Jokowi juga menyatakan, menuntut sengketa antarnegara agar tidak diselesaikan dengan penggunaan kekuatan. �Untuk itu kita rumuskan cara penyelesaiannya dalam sidang KAA ini. Melalui forum ini saya ingin sampaikan keyakinan saya bahwa masa depan dunia ada di sekitar equator, di tangan kita bangsa Asia Afrika yang ada di dua benua,� pungkasnya. (her/ram/sg)
No comments